Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Feb 27, 2006

Salam kawan


salam kawanku,
bayangmu selalu memburuku
dalam pojok sunyi,
membuat langkah terhenti,
dan terpaku,

Dapat saja aku berlari
loloskan diri dari sergapan
melalui celah yang tak terpikir olehmu
tapi,
kau begitu indah untuk dinafikan

Salam kawanku,
kau bagai insest bagiku
serupa wijayakusuma
terlarang mekar di pagi dan siang
meski kuingin menyambut wangimu
sampai kedalaman tandas memuakkan
agar tak penasaran kemudian

Salam kawanku,
kau terlalu dalam menyelam
melintasi karang dan bermain dengan bintang laut
Lebih baik kutunggu kau ditepian
nafasku masih tersengal untuk berenang di kedalaman
Disaat nanti kau lengah atau berpura-pura terlena
akan kucuri bintang laut yang tadi kau pungut di dasar
Karena berharap,satu bintang laut saja kau persembahkan
jelas kesia-siaan

Aku tahu kau pasti akan mendiamkan,
bintang laut yang kuambil tanpa permintaan
dan bintang laut yang kau temukan, bukankah tak harus dinamakan
dan apa yang kita pikirkan, tak mesti diungkapkan

biarlah tersimpan

Salam kawanku...
keindahan kadang tak pantas untuk kita ucapkan

dan aku masih terpaku dalam sergapan
---
Semarang, 24-2-2006
Feb 22, 2006

Datanglah disaat semuanya kembali indah (Sampai Nanti)

Pergi, Hindari saja, 
 Pada cuaca buruk yang tak kau inginkan disisiku 
Juga angin puyuh yang memporandakan hatiku 
Pergi, jangan kau hirau restuku, akan kutahan derita dari luka hati kau tinggalkan 
Menjelang takdir sendiri, dengan cuaca buruk. Membuat pepohonan mengering, lalu daun luruh gugur. 
Serupa ketapang tinggal batang telanjang Demikian kau puja keindahan, dan keburukan memang selayaknya disingkirkan. Bagaikan bocah kagumi kupu-kupu bersayap warna-warni, tapi ulat begitu menjengkelkan jika dibiarkan Bila di musim ini kau pergi, pergilah. Kuharapkan kau datang kembali di musim nanti, akan kurapikan daun-daun yang berceceran, melayani kebutuhan ulat bulu untuk menjadi kepompong, serta pastikan batang kering tumbuh kuncup daun, juga bertahan, lewati rintangan sampai musim nanti. Saat takdir memungkinkan pohon-pohon kembang, dan kepompong menjadi kupu-kupu, yang dapat kupersembahkan, saat kau kembali datang. Tapi, satu saja aku minta darimu, jangan terburu ucapkan selamat tinggal, pada musim buruk atau takdir yang akan menjelang, dan jangan segera kau sirnakan, harapan kehidupan lebih baik dimasa datang. Selalu tertanam dan begitu kuyakinkan, bahwa aku dan keindahanlah yang akan selalu kau ingat di benak keabadian. Hanya aku dan keindahan, yang kau ingat dalam keabadian. Itulah yang membawa dirimu untuk kembali datang. Sampai nanti, itu yang harus kau ucapkan, untuk kupu-kupu warna-warni, pepohononan yang kembang, dan segala keindahan yang kembali tercipta dari penderitaan. --- Semarang, 21 Februari 2006 --- *buat "yg ingin tersembunyi" makasih atas inspirasinya
Feb 15, 2006

Randu Alas


Sembari kau rapikan rambut panjang,kau katakan, "Dedaunan randu yang berguguran, siklus pasti kehidupan seperti suatu rasa yang hilang jatuh satu persatu karena bosan bertahan atau kekeringan".
" Randu alas ramai berbunga oren adalah pencapaian, dari takdir dan usaha keras yang bersamaan bagai rasa yang mekar tersampainya kerinduan."

Waktu pohon itu berbunga di bulan Juni. Aku harapkan bakal selamanya karena seisi sekolah pasti jadi terang, burung gereja-pun biasanya berpacaran di dahan.

Tapi bila musim hujan, hari jadi kelam karena matahari tak mampu menerobos rimbunnya pohon dari dedaunan, menjadi muram tak beraturan penuh daun hijau gelap buram.
Hantu-hantu pun mulai girang, menjadikannya naungan atau sekedar bermain di kala malam kelam, menakuti murid-murid yang masih tinggal.
"Hantu-hantu itu bosan menempati ruang kelas yang pengap saat malam basah, kemudian mencari udara segar di luar," gurauku.

Saat hujan seperti ini, November Rain yang mengalun dari panggung di depan pohon bergema memenuhi seisi ruangan.Senyum manis dan tepukanmu saat mulai kunyanyikan,kusadari bukan karena piawai mainkan, tapi karena hati kita telah tertaut tatapan.

Meski berguguran atau bersemi dedaunan tetap saja kau indah dibawah pepohonan, terang kekuningan saat mulai berkembang, bukan saja seragam yang kau kenakan tapi sinar mata penuh harapan.
Hijau daun saat semi tergambar tenang dalam keanggunan, meski kadang aku terlalu takut pada keheningan yang terpancar dalam binar diam.

Saat seperti itu,ingin kurengkuh dirimu ke hati yang paling dalam dan menganggap semua perhatian yang kau berikan bukanlah kebiasaan, dan terlampau susah terungkapkan. Semuanya akan pergi, perhatian mungkin akan reda dan tiada, sedangkan yang terlanjur kau puja adalah ketiadaan, dari sebuah komitmen yang haram untuk kau batalkan.

Pohon ini ialah saksi atau cermin untuk mengingatkan. Lebih dari ingatan tentang suatu pagi dengan sepatu kets basah, karena menerobos rumput gajah berembun di hamparan, atau terusir dari kelas karena terpaku dan saling pandang, kemudian berpura-pura sedih karena hukuman padahal riang berkesempatan kumpulkan bunga-bunga oren yang berguguran. Juga beberapa puisi atau cerpen yang kita perdebatkan, dan alunan lagu roman dari gitar yang masih tersimpan. Semuanya dibawah pohon itu, atau mungkin pohon itu terlalu besar hingga kita selalu merasa dalam naungan. "Sebuah karya dan perbuatan akan indah apabila terdapat kejujuran," katamu sambil memberikan bunga oren yang kau pungut hari itu padaku.

Kini randu alas itu, merefleksikan perjalanan sesuai titahmu. Bergerumpul daun hijau kelam disaat hujan, untuk kemudian berguguran saat panas berkepanjangan.Mulai semi kuncup bunga oren merayakan suasana terang.
Tapi dalam terang, tak kulihat lagi keceriaan. Saat indah yang kau harapkan tinggal harapan.Yang hendak kau kenang berujung pada kesedihan dari kehadiran yang tak pernah kau dapatkan.
Selayaknya hantu2 itu datang kembali di musim hujan,limpahkan segenap kekecewaan pada rasa bersalahku.

Andai kau datang, ingatlah pada randu alas di sebelah utara pos satpam. Tempat yang sama dari sebuah kecupan, atau sebuah perkataan yang kau ucapkan, "Temanku adalah kesendirian".
Dan selalu kuingat sebagai bentuk kekecewaan atau sebaliknya sebuah harapan bahwa kehadiran kau butuhkan.

"Tidak ada yang selamanya tinggal seperti November rain dan bungapun akan habis dan berguguran diganti oleh semi daun hijau kelam", selalu kau katakan saat lagu itu mulai kumainkan.

Kau selalu memiliki kalimat pengganti untuk perpisahan dan aku terlalu tolol menafsirkan pertanda yang kau berikan.

Kini ku tahu bukanlah kefanaan yang benar kusesalkan, tapi kenangan indah dalam keterbatasan masa, yang tak mampu kuberikan.

Maafkanku, aku memang tak bisa berikan cerita yang indah di penghabisan dan deritanya mungkin masih diingat sebagai kenangan.

Andai kau datang, singgahlah ke randu alas di sebelah utara pos satpam, yang begitu indah saat berbunga oren kekuningan bunganya yang gugur bagai hamparan permadani menutupi rumput gajah liar.
---
Semarang, 15 Februari 2006
Feb 8, 2006

cinta

di taman,
cinta adalah sebentuk tanggungjawab
dalam merawat bunga-bunga,sampai dia berkembang

di pasar,
cinta adalah sebuah komitmen
keyakinan dari tukang sapu jalanan, pedagang sayur dan buahan
meski tak seberapa laba dibawa pulang

di perempatan
cinta semacam kesabaran
beri kesempatan mereka lalu lalang, meski kebutuhan harus disegerakan

di perpustakaan
cinta sebentuk konsistensi tak lekang
dari seorang yang resapi tiap halaman
dan harapan mencerahkan, meski dikemudian

dalam perlombaan
cinta adalah tahapan dari kekuatan, kejujuran dan kecerdikan hadapi kesulitan
kemenangan yang diimpikan adalah harga sepadan
dan kekalahan diiringkan dalam kehormatan

di pekuburan
cinta adalah bentuk kerelaan
suatu saat raga akan terpisahkan, dari jiwa yang akan melayang
dan cinta tak pernah terluluskan
oleh aliran hasrat bergelora di badan
tapi dengan pengertian
memberi dengan mengharapkan adalah kesia-siaan
memberi dengan tuntutan adalah kedangkalan
karena semua berakhir dengan ketiadaan

semua cinta yang kuagungkan berakhir dengan pemaknaan
bagai pelangi hadirkan keceriaan segera setelah terang datang
mesti kadang hadir sebentar, tapi jiwanya mengkait ruang terdalam

semua cinta yang kuagungkan berakhir dengan keikhlasan
terang mengagumkan di awal kedatangan, berakhir dengan kebiasaan
bagai kunang-kunang yang mati dalam 2 mingguan
dan bersinar kembali dari regenerasi kemudian
---
Semarang, 8 Februari 2006
---
makasih atas judulnya, simple but nice
gak pernah kepikir itu.
Feb 6, 2006

lari kemana malaikatku (tolong kembalikan)


seseorang berada disamping kesucian
waktu hujan semakin gencar datang
tetap disisi dan menggelepar bersama gelap malam
hujanpun tak juga mau berhenti datang
hati kecil masih sadarkan,
pada sesuatu yang kuagungkan,
di tempat tertinggi keyakinan,
nanti untuk seseorang yang sepadan dalam limpah keberkahan

waktu hujan datang,
dan tak kunjung berhenti
kita berada di lorong panjang
kau tahu aku ketakutan

benar orang tua bilang,
bahwa ruang gelap adalah milik setan
dan setan-setan itu sedang kasmaran,
dengan dalih cinta
yang mengabsahkan

lari kemana hati kecilku ?
lari kemana malaikatku ?

lari kemana...
lari kemana...

disaat kubutuhkan !
kalian menghilang !
atau kalian kedinginan dan takut kegelapan ?
atau kalian biarkan aku sendiri hadapi cobaan ?

Jika Tuhan memberikan,
kuputar ulang rintik hujan yang membawa iblis kemarin malam
akan secepatnya kubangunkan bintang
atau malaikat di awan
sehingga mampu pupuskan hasrat terlarang

penyesalan,
adalah kebiasaan bagi kesalahan
dan bukan pelipur lara hilangnya 2/3 keyakinan
yang akan aku bawa sampai kematian

tolong,
bukan penyesalan apalagi janji seorang pecinta picisan
yang melenggang membawa harga diri seseorang

sekarang 2/3 diriku ada disisimu
apapun yang kau lakukan, tetap disisimu
dan tak pantas, jika tak segera kembalikan kepadaku

tolong,
jangan kau buat aku membenci hujan
atau gelap dan dingin yang buatnya memungkinkan
---
Semarang 6 Februari 2006
---
jika aku yang mengambil 2/3 itu, pasti akan aku kembalikan untukmu
Feb 3, 2006

cahaya kunang-kunang



cahaya kunang-kunang,
repetisi lampu mercu suar dari hati
bagi jiwa yang anggapnya suluh pasti tenangkan jemu

dari hasrat yang selalu berakhir hampa
berbohonglah jika ternyata cahayanya tidak berarti apa-apa
dan belas kasihanmu hinggapi ketulusan

tak berharap lebih terang
dan membuat hujan tampak aneh saat datang
kunang-pun redup saat rintiknya mulai bergelimpangan

hanya sedikit luangkan kesempatan kumohonkan
agar kunang ini kembali ada harapan,
paling tidak saat hujan yang membawamu mulai terlihat bosan

atau kau sedikit kedinginan
dan tahulah,

bahwa itu saja terang yang dia siarkan
semoga luruhkan penat dan kesalmu seharian

hangatkan harimu hadapi deraan dengan seulas senyuman
akan kembali kutuangkan

sebagai repetisi yang berulang
dengan sedikit perubahan pada senyuman yang lebih mendalam

jangan kau katakan kau bosan sekarang,
karena tetap berkedip panjang,

dan nanti kau akan membutuhkan
bukan sebagai matari yang membuat bersemi dedaunan

tapi membuat seulas senyuman mesti getir terlampau dalam
dengan terangnya yang berkedip dalam kepatutan

bercahaya...
padam...

ada...
tiada...

tawa...
tangisan...

dan tahukah, kemana kunang-kunang akan pulang,
atau sudikah kau antar ke taman dengan senyuman ?
---
Semarang, 3 Februari 2006
---
untuk puspa agar tidak terlalu terang atau padam
Feb 1, 2006

Untuk Sebuah Puspa

kusuma atau puspa sebut saja dengan nama
agar tak lepas ingatan
monumen saat terlupa
penanda lalui taman mempesona

seperti kupu-kupu mudah lupa
pada taman mana yang mengkaitkan jiwa
dan madu bunga membuai rasa

satu terpilih dan sudah
tapi wangi puspa mana tetap memenjara

jika lain kali ada
berputar pastikan yang mana
dengan semua indra
juga refleksi jiwa
dalam satu kata

untuk sebuah puspa

---
Smg, 1 Januari 2006
---
makasih telah memberi inspirasi yang tak bertepi.