Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Apr 26, 2006

Demi prasasti di langit biru


Demi sebuah prasasti
ku ukir di langit biru
agar kau pandang juga tahu
bahwa aku begitu lelah
menafsirkan setiap bait yang kau hadirkan
setiap kata yang tertulis dipepohonan
setiap sketsa yang kau lukis di bebatuan

Cukuplah,
ungkapkan saja dengan terang
meski nanti langit biru akan jadi kelam
atau bahkan benderang

biar jangan pedulikan
hatiku bisa jadi keras membatu
atau rapuh bagai debu
meski langit hitam
membuat teralienasi malam

aku tetap berharap keberuntungan
dari hatimu agar memberi ilustrasi
pada ukiran yang tercerap perasaan

dan redakan keterasingan
setidaknya, menjadi tentram karena tidak sendirian

demi sebuah prasasti
aku sudah lelah mengartikan,
memaknai sebuah tujuan yang tak tentu kudapatkan
katakan saja dengan terang
meski langit biru akan sirna
jadi kelam

atau aku merasa beruntung
berteman dalam kesunyian
---
Smg, 26 April 2006
---
*...*
Apr 21, 2006

Rayuan Hujan



Dalam siangmalam hujan,
kukukuhkan keagungan halilintar menyambar
lalu kubisikkan angin dingin di telinga kiri
sebagai penanda hasrat tak pudar
bergulung memecah keyakinan

Sebelum tertuntaskan,
akan kulengkapi dengan nada suci ditelinga kanan
bagai rohaniwan kabarkan pencerahan
hingga sisi gelap menuju karam
dalam tepian kemuakan.

Pada saatnya kuberi kecupan di tengah,
titiktitik hujan di padang kering
hingga tercapai keseimbangan
antara hasrat dan kepatutan.

Seraya alunan hujan iringi rintiknya,
awali ketakutan yang semula kau rasakan.
Resapmasuki sela tanah kering yang takkuasa nafikan,
hingga ketakutan berlari
menerobos batas terlupakan.

Kemudian dari hatimu akan tebarkan aroma kepasrahan,
semai sejuk kepercayaan pada penyatuan yang rasuki perasaan.

Akan trubus tetumbuhan,
bungabunga bermekaran di hati keesokan.

Diantara gelap dan terang
kau akan rasa,
bahwa kita dalam rentang malaikat dan hewan.
---
Hampir subuh, 21 April 2006
---
^singgah di gubuk Nietszche dan Freud
Apr 20, 2006

Kita Harus Belajar Menciptakan Surga di Tanah Gersang


Setiap waktu senggang, kusibukkan diri dengan mengambil rumput
teki yang tumbuh, di sela bunga blumeria yang berbunga ungu dan
merah jambu. Sesekali aku biarkan beberapa rumput teki, bila
tak mampu kubedakan antara anakan atau rumput penghalang.
Sama-sama hijau, dan kecil, dan tentu saat dewasa akan ada
perubahan. Daun blumeria akan tampak lebih gelap, dengan batang
kuat memanjang.

Dulu kupikir bunga ini tak akan hidup di tanah panas dengan rayap
yang siap menyerang, bisa jadi batangnya menjadi semacam kunyahan
untuk makan siang. Tapi dia malah berkembang dari satu bibit yang
kuambil dulu di pegunungan, menjadi puluhan anakan, dan hampir
semuanya kembang. Serasa teduh bagai pegunungan bila melihat
mereka kembang.

Sementara kau duduk bersandar pilar. Menatap bunga dahlia kuning
dengan kelopak berguguran dan juga kering, meski kau rawat dan
kau siram. Surga yang pernah kita dapatkan tak tak kau
dapatkan di tanah ini.

Kita diusir oleh Tuhan, atas dosa yang kita lakukan.
Atau kita harus belajar mengasuh jiwa di tanah gersang.
---
Sltg,19 4 2006
---
Singgah sejenak ke Al-Ghazali
Apr 12, 2006

Kado Kabut dengan perdu ungu



Awan diatas sana menari bersama pawana
menjamu hujan agar enggan pulang
sepertinya dedaunan pinus akan basah kuyup
bermain air di pagi yang harusnya terang
Pagi ini, kabut akrab dengan hujan
mungkin titik air yang menyatukan

Tanganku mulai gemetar,
sebentar lagi tak akan mampu kubebaskan tangan dari dekapan
untuk petik bunga dahlia
yang tak kudapatkan
di pesisir tempatku tinggal

Tangan ini mulai bersila dihadapan
sebentar lagi dingin akan menyerang otakku
masuk dari telinga kanan kiri atau keduanya
kedinginan lalu buyar rencana kumpulkan
merangkai bunga gunung selagi kesempatan

Dingin mulai mengkristalkan kemalasan
juga membuai pikiranku yang benar bebal
terlalu menyederhanakan kenyataan
bahwa bunga gunung tentu tak hidup
bila kepanasan
atau mati jika dikirim ke seberang

Dingin semakin membuatku jadi pecundang
Mawar segar yang kau inginkan dan tersedia
disini beraneka ragam,
tak mampu kuhadirpadukan dengan kecantikan
juga kecupan hangat sebagai penanda kehadiran
sekedar berakhir dalam kopi panas
yang mulai dingin di bibir cangkir

Sedikit lagi,
dingin mengukuhkanku sebagai kiasan,
samar dari makna denotatif yang merujuk nyata

Tapi,
telah kuputuskan berpihak pada kabut
samar semacam kehadiranku sesaat lalu hilang
aku lelah jika menerobos hujan
untuk dapatkan mawar
atau bunga gunung yang ingin kupersembahkan.
Juga hutan pinus pembatas kebun bunga liar
pasti akan membuatku berputar hilang kesadaran

Kabut ini saja kubungkus kemasan,
dinginnya yang menyesakkan kupotong tinggal
kuberi perdu berbunga ungu mantra,
juga kuikat dengan ilalang
agar tak lenyap lekang sampai tujuan
lalu kutitipkan pada topan yang baru saja datang

Nanti,
Kabut itu akan kabarkan dari hutan mana dia tinggal
dan sampaikan persembahan dari seorang pemesan
yang tak bisa bantu nyalakan lilin pertanda lewat satuan

Kepada kabut jangan henti tanya
mintalah penggaris ukuran yang kutitipkan
disela perdu berbunga ungu kuselipkan catatan

-tak mengapa kau diam di angka nol
atau tetap bertahan di tengah,
juga melangkah menuju setiap
angka peningkatan,
Lakukan saja dengan kehati-hatian
bisa saja kabut mematikan,
merusak pandangan
apakah kiri jurang,
atau kanan bukit terjal.
Dekatkan saja hatimu dengan kabut
agar kau jernih pikiran,
saat itu hatilah mata mengarahkan,
dan seluruh kebebasan akan jadi keindahan
berbingkai kiri kanan
ayun langkah kemudian jadi bermakna
bagi rumput kembang-
---
Salatiga-kaki Merbabu, 02.30am- 12 April 2006
---
Selamat Ulang Tahun, hanya ini yang bisa kuberikan
Apr 11, 2006

Mati

Beritahukan saja bila kau datang
masa, tempat dan kesempatan mana yang akan kau pilih kemudian
hingga hari itu akan kulapangkan semua kepentingan
dan kusambut kau dengan pelukan

bagaimana mungkin kutolak kau dengan kekuatan
sedangkan engkau adalah kekasih kehidupan
yang telah memberi segenap kekuatan untuk wujudkan
serta kemudian kupuja tak terelakkan

aku inginkan kau datang dengan tenang
di saat kurasa kehidupan benar memuakkan
karena ragaku kelelahan hadapi tantangan
dan saat harapan bagai layang2 putus terbang tak menentu di awan

daripada aku terkoyak terbiar saat jatuh di hamparan
atau tempat sampah yang penuh kotoran
rangkumlah aku kedalam buaian, dan tinggalkan beban dengan senyuman
bukan diiringi badai hujan atau ketidakrelaan pengantar

dan mereka akan bisikkan dari hati terdalam
bahwa dulu kuberikan sebentuk cinta yang menyejukkan
juga memuakkan, tetapi membuat jiwa bermakna dengan sekejap kehadiran
-demi jiwaku yang tenang untuk tak sesali kehidupan yang telah diberikan
dalam gelap
kelam
juga sesal-
---
5 4 2006
---
Apr 1, 2006

Senja tidak berarti padam di keesokan



Aku ialah angin saat kau terdiam di bangku panjang
Apa yang kau ratapkan, jika bening di pipi adalah tetes
tangisan.
Waktukah yang kau pertanyakan, dan raga yang rentan adalah
lambang bahwa harapan semakin lama kian padam.

Putaran tahun seringkali memuakkan,
kewajiban yang kita luluskan tuntut peningkatan,
tapi saat kita dapatkan, kekosongan sebagai akhiran.
Pencapaian setingkat seringkali membahagiakan-
dan saat menetap menuntut konsekuensi panjang yang melelahkan,
terasa umur sungguh memuakkan jika terlalu dipikirkan-

Aku adalah angin jika kau inginkan teman di bangku panjang
sampai jingga datang merangkum mentari menuju perpisahan.
Keindahan yang datang, akan segera terganti dengan kelam
Pada masa itu, akan kupunguti kecewa dengan kerelaan,
meski itu berarti berserak hatiku dalam kesedihan

Akah kuhembus dalam tenang, membawa wewangian kenanga atau
kemuning mengganti bebauan yang kau rasa sebagai limbah perjalanan.
Wewangian akan membuat kau terlelap tak hirau waktu menjejal seharian

Apabila senja datang jangan terburu padam,
dan mencela malam yang begitu saja pisahkan
malam hanya ingatkan bahwa kebebasan berisi batasan
resapkan saja harmoni kodrati yang datang;
terang gelap, harapan kekosongan

Aku adalah angin yang tegakkan badan ilalang
menuju sebuah keyakinan dengan bekal pikiran,
untuk jadikan gelap sebagai media permohonan
dari doa yang kusampaikan sebagai persembahan
bagi hatimu agar tumbuh terkuatkan menyambut keesokan

---
29 Maret 2006
---
*kepada jingga