Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Jun 30, 2006

layang-layang dari plastik


musim ini-musim layang-layang tahun ini-
langit memiliki nuansa lagi
warna-warni; primer, sekunder, pastel, transparan pun hiasi
bermunculan disana-sini, untuk bertanding atau pamer diri
berpartisipasi ramaikan pertengahan tahun cerah hari

musim ini, datangnya hujan tentu tak tepat untuk dinanti
urung layang-layang dalam ranah gembira pasti
meski hanya satu, dua atau tiga
layang-layang dari plastik akan sambut badai
juga nanti karenanya dia akan gontai

tak guna berkeras, kertas bertukar jadi plastik transparan
agar tak terlihat oleh guntur dan bertahan di hujan badai
lalu hapus terlepai. kertas lebih sempurna saat berselancar di awan
terlanjur pilihan terberi tak ternafi

sesuka hati melayang di musim terang
sambil waspadai tanda alam, jika awan terlalu kelam
tak guna untuk terus melayang,

gulung benang terulur panjang,
bawa layang-layang ke teduhan,
menanti terang musim mendatang.
---
28-6-2006
Jun 16, 2006

Venus


Samar venus sebelah timur pagi.
Sekedar menjamu matari bersemangat kuak kelam.
bagi venus sedekat apa matari datang, tetap terkesan batasan samar.
beraturan dalam orbit ketentuan.

Dan sejauh apa matari menghilang,
cahayanya terlanjur meresap dalam,
lalu tersebar.
Selubung awan diseliling memerangkapnya untuk berlama tinggal,
juga memantulkan hingga terkesan terang dibuaian saudara kembar.

Kau atau dan aku,
bagian dari bima sakti konstelasi dari ribuan gugusan,
yang terpisah hamparan berkilauan.
Seperti berseberangan pada sungai luas membentang,
tetapi tercipta untuk tetap tinggal meski berseberangan.

Berpasangan dalam tunggal, atas jasa gravitasi.
Terpisah lalui ribuan tahun cahaya,
tersatukan oleh masa lalu cerap dipandangan.

Kau atau dan Aku,
harus berterimakasih pada pencipta semesta galaksi;
juga orbit dan gravitasi yang lengkapi,
sehingga berpasangan tak mungkin ternafikan.

Tunggusambutlah supernova nanti datang tak terelakkan;
bintang-bintang merah padam bertubrukan dan kekacauan.
lalu aku menjelma lagi sebagai orion menuju valhalla,
memandangi venus tempatmu tinggal,
berharap aphrodite memberi penanda,
datangnya kebangkitan bidadari kecilku,
di istananya.

Saat itu datang, kita kembali mencuri pandang,
setiap waktu menamai rasi bintang,
juga tak hiraukan kabut angkasa atau bola gas terbakar.
Tapi tetap berada di atas kesadaran;
waktu dan orbit yang telah diciptakan.
---
16 6 2006
---
Jun 7, 2006

Perahuku adalah kata

...angin yang mewartakan


Aku belajar tentang sebuah rasa yang tertuang melalui kata.
Kata yang kau kira mudah tertulisucapkan, berlalu cepat bagai debu
yang larut dalam hujan tertulis di kemarau panjang.
Bagiku kata ini adalah perahu, kupersiapkan dengan dayung dan layar yang
kuanyam dengan benang kesadaran antara nyata dan maya.Tidak hitam
atau putih tetapi abu-abu sebagai warna. Kau tahu kenapa?
Karena dibatas maya dan nyata kau ada di pusara jiwa.

Perahuku berbekal kunang-kunang yang kusimpan dalam gelas kaca,
bekas wadah carica, kututup dengan plastik berlubang secukupnya
agar membuat mereka menghirup udara sebebas di awan
Paling tidak dalam 2 minggu dia akan berkedip saat malam,
menemani agar tak kesepian atau terasing di tengah samudera
tak kukenal. Setelah waktu yang menyertai bosan akan ku lepas
mereka menuju kehidupan lanjutan. Atau juga kurelakan pergi lalu
bersama perahuku mengejawantah ke dalam jiwa-jiwa baru yang tak kukenal
di raga mana tempatnya bernaung.

Perahuku berbekal keterasingan, keadaan yang tak jua kupahamkan.
Semu yang tak terelakkan. Karya yang kucipta menjadi tak kukenal,
seolah bukan buah tanganku sebagai asal.
Apakah karya pujangga atau pecundang dengan rayuan, atau buruh
yang terdera kerja tak tahu ujung karyanya mengada.
Mungkin..suatu saat perahu ini akan karam, atau terhempas digulung
gelombang, karena tak sanggup kendalikan kemudi liar,
yang temukan kebebasan disela-sela badai datang.

Akan kusebut kau kekasih atau teman, sebagai tempat
belajar. (Terserah kau saja, asal kau nyaman dengan satu sebutan.
Dan kita kenal sebutan itu sebagai kesepahaman. Kekasih, teman
atau apa saja yang kau inginkan).
"Perahuku berlayar untukmu, mengarungi samudera tak bertuan,
menuju pulau tempatmu bernaung tetapi tak jua kutemukan. Atau
ku tak sadar telah berubah haluan, tertabrak hiu atau tergores
karang."
Kau mungkin tak bosan, setidaknya malam ini kau lempar
tanda ke langit wartakan kesunyian penantian, dan doa agar
perahuku bertahan meski bekal tersisa ketiadaan.

(Sebagai kekasih atau teman) Akan kujaga setiap bekal yang
kau titipkan pada angin malam. Kutangkup simpan pada karang,
agar bersenandung saat aku kehilangan daya untuk teruskan.
Kukembangkan layar dengan semangat pencapaian, juga kupunguti
rindu telah ku lempar ke buritan, karena ku kira roman picisan.
Tetapi Andai perahuku karam karena badai atau angin topan,
jiwanya akan larut dalam asin garam.
Mewarnai air, memberi makan bagi burung camar.
Jangan kau ratapi, karena perahuku tak pernah dibangun dari kecengengan.
Bentuk adalah milik sang waktu, jiwanya kadang dimiliki camar
atau terumbu karang.

Dan perahuku adalah kata, bahwa kita sepaham dalam jiwa.
Raganya entah bila. Rupa tertera di keliling jiwa;
jangan kau hirau apalagi dihamba,
karena nanti tiada.
---
Semarang, 6 Juni 2006
---