Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Aug 31, 2006

cerita hati tentang hantu


suatu ketika keberadaanku lenyap menghilang dalam putih
juga resolusi disekitarnya berangsur pecah
seperti menempel di kanvas kasar

angan tak kunjung hilang dari pikiran
seperti kau percayai kehadiran disampingmu
saat kau tunaikan kewajiban seharian
sementara keinginan untuk menyela;
menatap sekedar seseorang yang singgah,
berakhir dalam penasaran

aku telah bersanding
seiring dalam kekhusyukan.
jika kau sempatkan waktu luang
hanya untuk menatap dalam
maka hilanglah segenap citra
yang kukuh menetap saat lengah

andai kau senantiasa bumikan bayangan,
terjaga hanya membuat sengsara
karena aku bukan kawan bagi kenyataan

menggetarkan setiap keyakinan
menggoyahkan setiap hati yang telah tenang
tapi tak akan sampai mengejawantah dalam materi
seperti yang kau harapkan

apa yang kau catat,
catatlah dengan perlahan,
karena bayangan bisa saja menipu
aturlah saja dengan kecepatan rendah
sehingga nanti saat kau putar ulang
akan kau ketahui
jalur yang kupakai untuk singgah

dan akan kau ketahui
penjelasan tentang siksa yang terasakan
saat berangsur tertinggalkan

dan akan kau ketahui
bahwa hati yang kusinggahi telah menganggapku teman
lalu dia akan bercerita kepadamu bahwa dia mulai kehilangan

---
*foto dari ruang sie.humas
Aug 22, 2006

aku adalah tetumbuhan (nanti kulampaui elang)


agaknya mereka menyebutku sebagai tetumbuhan,
bagian awal dari rantai makanan,
seperti garis keturunan yang bunda jalani
juga warisan keikhlasan yang dipasrahkan
yang berangsur kini sedang kuperjuangkan
teruskan diajarkan mendekap sekaligus memberi makan
bagi serangga dan burung-burung yang hinggap
atau menjadi tempat nyaman untuk hewan
bahkan menadahi kotoran dibuaian

apakah harus bersyukur,
karena jiwaku tak terlempar terlalu jauh dari bunda.
dimana masih dapat aku tumbuh nyaman dibelaian saat matahari mulai hilang
dan malam mengantarku bermimpi menjadi elang

andai aku dapat sungguh bersyukur
karena keyakinan terkikis pelan
terberi sungguh mengekang
tak peduli apakah;
aku adalah benih pohon besar
tetapi,
tetap hanya tetumbuhan
untuknya kupandang heran keanggunan
berkebalikan dengan pengorbanan tak hilang

selalu kutahan kesabaran dan luapan geram
karena bunda, tak pernah sungguh miliki dirinya;
daun dan hatinya telah digadaikannya untuk sang tanah
pucuk-pucuk bunganya dijual murah kepada kupu-kupu dan serangga
sampai tiada paham;
dari jiwa serangga mana benihnya hidup
tak pernah bunda marah,
hanya diam.
dengan berbisik dan gumam tahan resah,
juga katanya;
"satu-satunya yang kekal milik kita adalah pengorbanan,
sebesar mereka jamahi raga fana, maka perlahan kita lampaui
kebesaran elang."

bersetubuh dengan raga mana sudah tak angka
sama semua berujung rela,

tetumbuhan bermunculan
sama seperti bunda

berkembang tetumbuhan
sama seperti bunda

masihkah kuharap,
raga yang katanya bibit pohon besar
untuk dapat terbang atas keyakinan
bahwa jiwaku kuanggap agung
hingga tumbuh sayap di sela kanan kiri dahan
membawa terbang mungkin seperti elang

seperti yang semalam kuimpikan
kekuasaan,
bukan menjadi awal rantai makanan

salahkah menjadi tetumbuhan
impian elang kata bunda berawal dari pengorbanan
dan aku adalah tetumbuhan bibit pohon besar
yang mengharapkan nasib mujur, pun rangkulan kuat tanah
agar akar tak goyang

sampai harapan bertahan kuat disisi juang,
tiada mungkin terkikis menuju berkorban

sampai nanti lampaui kebesaran elang
---
Aug 15, 2006

redup dalam hilang


semestinya sesuatu hapus pilu
yang terasa sampai kelu
bukan lebur didalamnya hingga tak
tahu dimana harus terpaku

sedang lekuk adalah hantu
hendak rengkuh tapi syarat
sarat
berat

semestinya persembahan sesuatu pengorbanan
yang tak hindar kerelaan di dalam
bukan gejolak yang meradang hingga
logika demam,
diam
diam

sedang hati adalah hutan
biar saja kelam kadang
juga remang yang acap pancarkan
pepohonan selalu akan menang
menenggelamkan hewan
hingga tenang
kalah
padam

sesuatu yang kukira pahlawan
redup dalam gradasi hitam
dan semua warna menghilang
---
Aug 10, 2006

Song for Wind

lagu ini untukmu 
saat siang angin mengibas-ibas debu membuat kabut serpih 
kotoran menyakitkan mata juga saat malam ia menyebar ikatan karbondioksida sampai menusuk tulang hingga tubuh jadi demam 
lagu ini untukmu, 
pahamilah sebagai dialektika rindu 
saat siang ia mungkin akan menyakitkan dan menghambat perjalanan 
kala malam ia akan bangunkan lelap 
hingga tak tenang 
 takkan pernah nyaman andai benar kau rasakan, 
karena sisanya adalah siksa tak reda meski sering kau ungkap sebagai penawar sepi, 
tapi tetap saja siksa diatas sepi tertawarkan, atasnya.. kau tahu kenapa ? 
karena rupa tergantung di awan jika rupa berupa layang-layang 
mungkin benang kau ulurkan untuk dapat kendalikan tapi tetap, 
kau akan tahu rupa tak jua kau dapatkan 
apalagi dibawa pulang mungkin nanti akan ada kesempatan 
sekedar bertemu disela gerumpulan awan disepanjang itu 
kita harus sigap bahwa setelahya 
siksa makin meradang satu pesan seiring lagu yang kukirimkan lupakanlah aku
semampu kau lakukan jangan sangat kau hiraukan langkah kuayunkan mainkan laguku 
saat kau ingin kesedihan juga hendak menghindar dari sakit lain berganti 
dengan sakit terbuai roman hingga kau anggap ringan sedih yang kau rasa atau, 
kau anggap dampaknya masih berpengharapan 
--- 9/8/06 --- Iris sudah aku upload di free-download
Aug 3, 2006

soliloquy (tentang Kau aku dan harapan)


aku hanya lelah !
terpenjara keharusan yang entah
awalnya kesakitan mengekor tanpa jeda
sampai terbiasa

harapan setitik benih,
dipilih terbaik dari yang semua ringkih
lalu apa yang kudapatkan dari harapan?
sekedar kemungkinan bahwa esok akan lebih baik
jika tak datang, pasti hinggap kesempatan di esoknya
itulah harapan,
seolah esok datang!

tapi,
esok berangsur renta
senja menggerus asa menjadi puing sisa,
hutan bakau tak lagi hutan,
tampak tertinggal beberapa bakau disana
yang lain sirna bersama daratan larut bersama laut,
hanyut entah kemana

lalu kemana harapan ?
masih saja kukatakan harapan masih ada
meski benih rapuh renta
dan lelah kian meredakan daya.

tiba saatnya aku menerima keberadaan-mu saja!
wajib harus tertunaikan -(setidaknya itulah yang kukira)-
entah nilai yang merujuk padanya bagaimana
atasnya harapan kuusahakan tetap mengada

apa,
serumit itukah?
aku hanya tak ingin mati
kematian mungkin hilangnya harap
meski lelah atau renta
dibalik kemasannya selalu ada rahasia

apa saja!
entah buruk atau baik yg kukira
atau kau beri karena kau-anggap kupantas terima
tetap saja menjadi rahasia,

saat ini.
---
4 Juli 2006