Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Nov 21, 2006

Kali Mati

Kering,
Apa yang kita miliki selain tanah kering,
tilas cekung 500 meter persegi, dengan dasar lumpur yang mulai retak
karena terik menghentak
Air kali ini mungkin lari ke pematang sebelah, atau ikut terbang angin
tak kuat diam kepanasan
Sementara ikan-ikan yang biasa jadi menu makan siang
mungkin bersembunyi ke lubang yuyu
jika terlalu lama mereka berdiam, mereka tak akan sadar kalau tubuh mereka
telah menjelma jadi ilalang

Ternyata ikan dapat begitu memabukkan,
dengan spiritus sebagai bahan bakar sekaligus minyak penggorengan
membuat pening setelah dimakan
kenyang yang menyakitkan,

Kita tak ada bedanya dengan ikan
terbuat dari kumpulan tanah dengan susunan biologi yang membingungkan
seandainya terbuat dari baja, maka tak akan sesakit ini kita rasakan
karena hanya zat kimia yang mampu luruhkan

itulah tanah semua yang menjadi temannya, dapat melukai
bahkan air yang kita dambakan dapat menjadi ancaman
Hujan membuat senang sekaligus gusar
beku pasti menghantam, dan kita coba paksa sesuaikan badan
yang terlanjur 39 derajat celcius menjadi standar

Kita telah berkorban,
tepatnya bergantian merelakan
bagian dari diri kita sementara untuk diam,
agar kita masih dapat menyebut sebagai kita,

bukan

aku

atau

kau

seperti halnya mencintai atau mencaci
kita lakukan bergantian,
tak akan runtuh apabila kita mengerti
masing-masing porsi dengan apa yang kita sebut
"kau-sudut pandang"

dan kita akan nikmati Kali Mati di depan kita
sebagai salah satu cara hibernasi,
bahwa kita perlu bersabar dan merelakan
untuk menanti nirwana di depan kita,
yang sarat akan harapan dan keinginan

sedikit
sedikit,
hujan akan mengisinya dengan limpahan,
mengundang ikan-ikan yang bersembunyi di lubang yuyu
atau memanggil ilalang untuk kembali menjadi ikan

dan kita sambut ikan itu sebagai makan siang
dibakar dengan spiritus sampai memabukkan
dan hari itu akan kita pahami
bahwa setiap saat kita belajar tentang kesetaraan
dan pengorbanan memilih hasil dikemudian