Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Mar 13, 2016

kau berarti gerimis


kau berarti gerimis
dari langit kelam terwujud
butir-butir harapan jadi kenyataan
dalam alunan yang membawa pilu

mengobati luka pengurai noda
atau sekedar memuaskan hasrat bunga-bunga
tak terungkapkan betapa kudamba alunan rintik
sesederhana kelu

atau kadang seperti bait-bait serenada
yang tercipta dari tangisan
dan kilauan bulir-bulir kesedihan
karena sadar akan terpisah kembali

kau berarti gerimis
terlahir dari kesedihan yang mendewasakan
kesabaran untuk menanti
kembali dan pergi lagi

membuat riuh dengan hening
mengisi sepi dengan sepi yang berarti
atau meninggalkan genangan refleksi diri
bagi langkah yang terayun nanti

demi kedukaan tersusun merdu
jangan kau bawa semua gerimismu
karena akan tetap ada di sudut lagu
karena kau...
berarti gerimis
---
Semarang
Mar 11, 2016

Puisi dari Seorang Sahabat sekaligus Guru

Sobron Aidit :

K E B U N  B E L A K A N G  dan  B A N D U N G

Pagi-pagi terang ayam
kulihat satu-satu kebun belakang
masih cukup segar
beberapa kuntum dan berjenis mawar
tidak ada angin - diam seperti lukisan
warna-warni puspita rona
merah hati - merah muda - putih dan kuning
tulip dan kana
masih tercium aromanya ke sekeliling.

Sedang mengapakah dia sekarang ini
tak jauh dari Tangkubanperahu
semoga berjalan lancar
wisuda umum dan sumpah dokter
( jangan lupa akan rakyat miskin )
betapa lamanya sampai kami bertemu di udara
orang yang sedang begini
menunggu 20 jam lagi!

Bandung - kota yang dulu sejuk
masih tetap terasa nyaman dan jinak
aku penduduk Paris merasakan juga
Parisnya pulau Jawa
kaulah salah seorang isinya
yang aku tak mampu bisa lupa
yang membuat aku lupa usia
di mana harapan-harapan selalu menunggu
begitu bunga api
dengan letikan kecil akan menyala besar,-

----------------------------------------------------------


Holland,-  3 sept 05,- oleh Sobron Aidit
(Miss you mas, ingat beberapa kali kita pernah ngobrol tentang yang sedikit berat2 tentang ideologi, RIP)
Mar 3, 2016

sebuah alienasi yang dilepaskan


Sedang kusisipkan guguran daun pada buku usang
yang tersimpan
Sebelum kau paksa kembali untuk buka
pada ingatan yang sedianya ingin hilang

Baiklah, kau selalu bilang tentang ideal
jua terbiasa untuk membuka tutup wadah ingatan
seperti mengambil kelereng dan kau mainkan
sesukamu
tak sadar jika aku juga memiliki sebagian

Mungkin, kau sadari tapi tak pernah pedulikan kegagapan
yang kucoba tenang sekeras karang
dan, aku sadar tak mungkin memberi terang pada langit kelam
pun menyalahkan hujan karena selalu membuat gusar

dan, aku masih mengagumi pada titik tenggang
saat memaki jalanan,
lalu kusalahkan diriku karena terlalu absurd
menaklukkan godaan agar tidak menghukummu
dalam nafas yang berkejaran
seperti yang biasa kita lakukan

apakah itu mudah untuk dilupakan ?
mereka akan serta merta datang,
seiring ;
hujan,
guguran daun,
deretan hutan pinus
dan kelopak sakura berkembang

menerima setiap tanda
sepantasnya membuatku
merasakan sebuah sepi yang kurindukan
karena banyak ramai pun tetap tak juga kupaham
setidaknya dalam sepi imajimu tak buram
semakin terang tapi sungguh menyakitkan

Seiring dengan naik turun perasaan
dan permintaan agar mengikuti etika,
yang memang tidak untuk kita perdebatkan
itu kicauanmu yang selalu aku abaikan

dan aku belajar untuk enggan berjanji pada apa yang tidak bisa kulakukan

aku hanya belajar menjaga keseimbangan,
menekan hasrat yang dulu kita bagikan
menjadi gersang,
lalu dingin
sebelum musim semi datang
dan berkembang sekerasnya untuk beberapa minggu keindahan
menghilang kembali sampai musim mendatang

jika tentang rindu yang ditanyakan
mudah saja nanti akan ditemukan
pada sekawanan gagak lapar
yang menanti langit dan kabut kelam
di hutan pinus tempat mereka tinggal

sisi gelap yang selalu terkenang dengan ketakutan
milikmu,
tempat dimana kegilaan yang sejatinya membuat terbebaskan
makhluk liar dari alienasi norma menjemukan

dan sungguh cinta dan hasrat sangat tipis berbatasan

---
Semarang, Januari Februari 2016