Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Oct 5, 2005

Saat itu kunanti engkau datang (menanti cinta datang kembali di Bali)

kucoba mengukur perbedaan yang pisahkan
melalui bilah pisau dan garpu makan
engkau adalah steik di sebelah kanan
dan aku adalah jus melon di seberang
tak begitu jauh meregang

karena dapat aku satukan
steik dan jus melon dalam satu naungan
dengan menelannya kemudian

seperti yang sedang kulakukan
memelas untuk satukan cinta yang pernah hilang
dengan sekali kesempatan pada tempat ini yang dijanjikan

detik yang dinantipun akan datang
mulai gelisah dari jantung yang berdegup kencang
dan suara hati berhitung dari belakang

sesaat senyum yang kukenal itu menjelang dari sudut ruangan
meski tak hentikan suara hati yang terus berhitung dari belakang
mengiringi alunan langkah kakimu kehadapan

sesaat juga kurasakan wajahmu yang menyejukkan
sebelum suara berdebam
disertai jeritan panjang
kebingungan dan kesakitan

terdera sekujur badan
dan sempat kulihat senyuman itu pergi
lalu sirna ditelan tangisan
memenuhi seisi ruangan

entah sampai kapan kunanti
cinta ini kembali datang
meski badan terluka dalam
tapi hati sungguh terbang

dan akan singgah aman
jika gangguan benar dimusnahkan
atau kuharap masih dibekali nafas panjang
untuk kembali melebarkan sayap kepedulian

karena empati adalah suluh tanda
bagi segenap kepercayaan
bahwa pembantaian tidaklah persembahan bagi keyakinan
juga kemuliaan jiwa bukanlah berasal dari derita pengorbanan

dan nanti pastilah engkau yang kunanti kembali datang
---
Semarang, 3 Oktober 2005
---

0 comments: