aku adalah tuan bagi ikanku
seorang tuan boleh berbuat apapun
memberi makan dan merawat memang kewajibanku
juga memaksa dan membiarkan adalah hakku
suatu kali saat order sepi
atau malas kaki beli makannya nanti
kuberi mereka nasi
penghematan menjadi narasi
bagi penjelasan yang tidak semesti
karena ingin membeli bunga kinanti
di lain kali
kuberi makan hanya 2 hari sekali
mereka tampak rela hati
mereka mulai mencari-cari
sesuatu untuk mengisi
kelaparan untuk sehari
mereka harus belajar hidup prihatin dan rapi
dan menikmati wangi bunga kinanti
yang setiap kali kubeli
lalu setiap aku hampiri
mereka berdesak dan mulai antri
tampak menikmati sesaat kuberi
akulah tuan sang pemberi
penguasa yang sanggup mengebiri
setiap kebutuhan dan revolusi
hingga ikanku satupersatu mati
mestilah begitu karena mereka manja hati
terbiasa enak dari tuan yang baik hati
tapi sampai kapan ikanku mati
mungkin jika hasrat akan bunga kinanti pergi
atau mungkin suatu kali akan tumbuh empati
dan membeli ikan baru lagi
---
Semarang, 30 September 2005
---
Minyak tanah antri, bensin antri, kejahatan antri, bencana antri,
mahasiswa tawuran juga antri, dpr main tinju antri, bom pasti antri,
korupsi pastilah antri, sapa yang ikut antri...
Cinta mau antri? (rangga nggak usah ikut2an!)
---
0 comments:
Post a Comment