Feb 3, 2006
cahaya kunang-kunang
cahaya kunang-kunang,
repetisi lampu mercu suar dari hati
bagi jiwa yang anggapnya suluh pasti tenangkan jemu
dari hasrat yang selalu berakhir hampa
berbohonglah jika ternyata cahayanya tidak berarti apa-apa
dan belas kasihanmu hinggapi ketulusan
tak berharap lebih terang
dan membuat hujan tampak aneh saat datang
kunang-pun redup saat rintiknya mulai bergelimpangan
hanya sedikit luangkan kesempatan kumohonkan
agar kunang ini kembali ada harapan,
paling tidak saat hujan yang membawamu mulai terlihat bosan
atau kau sedikit kedinginan
dan tahulah,
bahwa itu saja terang yang dia siarkan
semoga luruhkan penat dan kesalmu seharian
hangatkan harimu hadapi deraan dengan seulas senyuman
akan kembali kutuangkan
sebagai repetisi yang berulang
dengan sedikit perubahan pada senyuman yang lebih mendalam
jangan kau katakan kau bosan sekarang,
karena tetap berkedip panjang,
dan nanti kau akan membutuhkan
bukan sebagai matari yang membuat bersemi dedaunan
tapi membuat seulas senyuman mesti getir terlampau dalam
dengan terangnya yang berkedip dalam kepatutan
bercahaya...
padam...
ada...
tiada...
tawa...
tangisan...
dan tahukah, kemana kunang-kunang akan pulang,
atau sudikah kau antar ke taman dengan senyuman ?
---
Semarang, 3 Februari 2006
---
untuk puspa agar tidak terlalu terang atau padam
1 comments:
at: 12:05 PM said...
Senyum termanis kuberikan
Mengantarnya ke taman
Menikmati indahnya
Dimana....
Katanya satu wangi puspa masih dalam ingatan
Untuknya yang tak pernah redupkan suarnya
Walau sebentar dia tetap bercahaya
Jangan biarkan ketidakpatutan yang ada,
Membekukan...
Meski terkadang hujan menutupi
Namun percaya....
Goresan penanya, tak pernah mati
Semoga masih tentang puspa yang mana
Dan mana yang kau suka ....
Post a Comment