Feb 15, 2006
Randu Alas
Sembari kau rapikan rambut panjang,kau katakan, "Dedaunan randu yang berguguran, siklus pasti kehidupan seperti suatu rasa yang hilang jatuh satu persatu karena bosan bertahan atau kekeringan".
" Randu alas ramai berbunga oren adalah pencapaian, dari takdir dan usaha keras yang bersamaan bagai rasa yang mekar tersampainya kerinduan."
Waktu pohon itu berbunga di bulan Juni. Aku harapkan bakal selamanya karena seisi sekolah pasti jadi terang, burung gereja-pun biasanya berpacaran di dahan.
Tapi bila musim hujan, hari jadi kelam karena matahari tak mampu menerobos rimbunnya pohon dari dedaunan, menjadi muram tak beraturan penuh daun hijau gelap buram.
Hantu-hantu pun mulai girang, menjadikannya naungan atau sekedar bermain di kala malam kelam, menakuti murid-murid yang masih tinggal.
"Hantu-hantu itu bosan menempati ruang kelas yang pengap saat malam basah, kemudian mencari udara segar di luar," gurauku.
Saat hujan seperti ini, November Rain yang mengalun dari panggung di depan pohon bergema memenuhi seisi ruangan.Senyum manis dan tepukanmu saat mulai kunyanyikan,kusadari bukan karena piawai mainkan, tapi karena hati kita telah tertaut tatapan.
Meski berguguran atau bersemi dedaunan tetap saja kau indah dibawah pepohonan, terang kekuningan saat mulai berkembang, bukan saja seragam yang kau kenakan tapi sinar mata penuh harapan.
Hijau daun saat semi tergambar tenang dalam keanggunan, meski kadang aku terlalu takut pada keheningan yang terpancar dalam binar diam.
Saat seperti itu,ingin kurengkuh dirimu ke hati yang paling dalam dan menganggap semua perhatian yang kau berikan bukanlah kebiasaan, dan terlampau susah terungkapkan. Semuanya akan pergi, perhatian mungkin akan reda dan tiada, sedangkan yang terlanjur kau puja adalah ketiadaan, dari sebuah komitmen yang haram untuk kau batalkan.
Pohon ini ialah saksi atau cermin untuk mengingatkan. Lebih dari ingatan tentang suatu pagi dengan sepatu kets basah, karena menerobos rumput gajah berembun di hamparan, atau terusir dari kelas karena terpaku dan saling pandang, kemudian berpura-pura sedih karena hukuman padahal riang berkesempatan kumpulkan bunga-bunga oren yang berguguran. Juga beberapa puisi atau cerpen yang kita perdebatkan, dan alunan lagu roman dari gitar yang masih tersimpan. Semuanya dibawah pohon itu, atau mungkin pohon itu terlalu besar hingga kita selalu merasa dalam naungan. "Sebuah karya dan perbuatan akan indah apabila terdapat kejujuran," katamu sambil memberikan bunga oren yang kau pungut hari itu padaku.
Kini randu alas itu, merefleksikan perjalanan sesuai titahmu. Bergerumpul daun hijau kelam disaat hujan, untuk kemudian berguguran saat panas berkepanjangan.Mulai semi kuncup bunga oren merayakan suasana terang.
Tapi dalam terang, tak kulihat lagi keceriaan. Saat indah yang kau harapkan tinggal harapan.Yang hendak kau kenang berujung pada kesedihan dari kehadiran yang tak pernah kau dapatkan.
Selayaknya hantu2 itu datang kembali di musim hujan,limpahkan segenap kekecewaan pada rasa bersalahku.
Andai kau datang, ingatlah pada randu alas di sebelah utara pos satpam. Tempat yang sama dari sebuah kecupan, atau sebuah perkataan yang kau ucapkan, "Temanku adalah kesendirian".
Dan selalu kuingat sebagai bentuk kekecewaan atau sebaliknya sebuah harapan bahwa kehadiran kau butuhkan.
"Tidak ada yang selamanya tinggal seperti November rain dan bungapun akan habis dan berguguran diganti oleh semi daun hijau kelam", selalu kau katakan saat lagu itu mulai kumainkan.
Kau selalu memiliki kalimat pengganti untuk perpisahan dan aku terlalu tolol menafsirkan pertanda yang kau berikan.
Kini ku tahu bukanlah kefanaan yang benar kusesalkan, tapi kenangan indah dalam keterbatasan masa, yang tak mampu kuberikan.
Maafkanku, aku memang tak bisa berikan cerita yang indah di penghabisan dan deritanya mungkin masih diingat sebagai kenangan.
Andai kau datang, singgahlah ke randu alas di sebelah utara pos satpam, yang begitu indah saat berbunga oren kekuningan bunganya yang gugur bagai hamparan permadani menutupi rumput gajah liar.
---
Semarang, 15 Februari 2006
1 comments:
at: 7:28 AM said...
Randu alas di utara pos satpam itu...
Apakah aku juga tahu?
Semoga...
Karena masih kulihat warna oren menghiasinya..
Termasuk puspa kah dia??
ade
Post a Comment