
aku bersama mimpi dengan kau bersanding di bahu mengalirkan sepi
debur air di bawah jembatan,yang kita kira tempat pembuangan sampah
menghanyutkan setiap kekecewaan hati
lalu dibawanya kita berlari atau berhenti ikuti perahu-perahu kertas
yang sengaja kita adu untuk tujuan apa kita tak pernah mengerti
tapi kita sepakat bahwa kita isi hari dengan kesiaan dan mimpi
seolah perahu itu adalah mahligai pencapaian yang didamba terpenuhi
air, itulah harapan dan penantian kita selama ini
tapi kita hanya bisa bermimpi, dan yang kita hadapi
adalah lumpur liar menggumpal semakin keringkan tenggorokan ini
saat arloji mulai beranjak dari panasnya jelang sore hari
kita hanya bisa bermimpi, dan berharap janji itu tertepati
mesti undur dari hari
aku bersama mimpi,
dan kita tak akan mati meski lapar atau dahaga sehari
ingat saja kejayaan air disaat kita ceburkan diri
di dalam sungai yang akan kunamai suatu kali,
percik-percik yang bergejolak di bawah sayap sepasang merpati,
yang kehausan di terik hari
kau harap kita sesetia pasangan merpati,
dimana mereka tetap kembali hanya pada pasangan hati,
walau disekitarnya banyak pilihan yang siap menyongsongnya untuk berganti
bersama air kita ketahui,
keindahan juga misteri refleksi;
jembatan gantung dan luruhan daun akasia,
seolah menyatu dalam lukisan salvador dali
hidup memang getir,
mimpi dan pasti yang silih berganti
air-pun selalu kita persalahkan atas sesuatu yang tak dikehendaki
dan di lain hari kita bersyukur karena mendapati
suatu kesalahan yang terasa elok hingga kini
aku masih bersama mimpi dengan pasti di bahu bersandar sepi
dalam perjalanan bersamamu mencari diri
mimpi dan pasti nanti juga silih berganti
2 comments:
at: 8:23 AM said...
'lumpur liar' maksude lumpur lapindo ya pak?
at: 8:36 AM said...
mbuh ki... terserah persepsine.
jane meh tak tulis kuda liar, cuman kok ketoke ra' matching gitu loh.
Post a Comment