Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Jan 10, 2007

Sebuah pesan yang tertinggal...


Jika kukira telah kumenangkan
ternyata akulah pecundang, terbawa oleh hasrat sampai meruang
pada setiap detik dan hentakan pertanda datang
bukan tenang tapi gusar menanti masih menyakitkan

Bagaimana tinggal kurelakan apa yang selayaknya tak didapatkan
kedekatan bagai labirin pada jejak yang ditinggalkan
bukan kuarungi sendirian.
Juga bukan kesanggupan kutanggalkan
setiap rangkaian yang dibangun sejak awal,
kemudian kau kacaukan setiap kuncup bunga yang jadi hiasan
dengan sebuah ucapan :
"Hati setiap kupu-kupu sanggup dimiliki oleh kembang,
tapi bukan hitam dan merah perjalanan hidupnya.
Seiring takdir dia akan berkelanjutan atau serta merta dihentikan."

Aku terlalu banyak meminta pada seorang pengelana,
yang kuharapkan selamanya tinggal.
Datang dan duduklah diam, biar kurasakan degup ini sampai sesakkan
juga kurasakan kehadiran tiada lagi berbatas rel panjang.
Jadilah damai bagi hati yang tak tenang:
datang dan tenang, jangan terburu enyah
karena entah kepenatan yang akan menggantikan
setiap ruang, jalan dan rangkaian yang terlanjur menjadi cetakan.

Tak pantas untuk disepakati keinginan,
Meski harapan masih kuingin tinggal.
Singgahlah, aku temukan keyakinan pada satu sisi,
satu irisan yang kubangunsatukan sekarang.

Aku bukan abaikan setiap detik yang meruang seiringmu,
seperti kau menyiram harimu, dan tak terasa mengabaikan
bangku saat jadi teman diam.
Seiring yang kau siram, juga jejak yang kau tinggalkan,
kau meruang di dalam,
menciptakan sebuah media bagi keberadaan.

Aku adalah aku,
tak sehebatmu menghadirkan sebuah bayangan,
merasakan keberadaan dari ketiadaan,
juga bercakap tentang cinta pada angin dan kabut yang datang.

Bagiku,
kau adalah keadaan dan keberadaan,
bukan bayangan atau keadaan yang sanggup kau bentuk dari ketiadaan.
Dengarlah dan kau perhatikan,
bahwa setiap membara atau padam yang gegas kautinggalkan hendaknya kau tandai,
juga tulislah pesan bahwa akan datang kabut atau angin sebagai teman
karena jejak terlanjur menjadi rindu meruang.

Akankah kupenuhi dengan kembang atau haruskah sisanya kuiisi dengan senandung ombak
meski sama saja keduanya adalah pembebasan sementara yang menyakitkan.
Atau masihkan kau ukur seberapa dalam kesabaran,
dan reaksi rasa yang kau tuang pada bidang rentan,
hingga tak kau hiraukan sebentuk lelah karena bercumbu dengan angan

10 Januari 2007-02.00 am

1 comments:

Anonymous
at: 12:09 PM said...

Mungkin salah, mengharapkan pengelana itu untuk tetap tinggal,namun percaya..meski jasad tak menyatu dalam satu ruang nyata...naun biar bayang tetap bersemayam, dalam relung hati terdalammu :)