Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Jan 17, 2007

Semiotika (1)


Semiotika itu apa sih? Begitulah kira-kira pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya? Emang apa hubungannya, saya khan ngajar fotografi. Tetapi setelah saya pikir ada baiknya saya memberikan sedikit yang saya ketahui, dari sedikit literatur tentang semiotika yang saya baca, dan ternyata salah jika mengatakan kalau semiotika tidak ada hubungannya dengan fotografi atau bidang-bidang yang lain. Tanda itu tersebar ! dan Semiotika bekerja di dalamnya!
Secara ringkas semiotika ialah Ilmu Tanda. Bagaimana menafsirkan dan meneliti bagaimana bekerjanya suatu tanda dalam membentuk suatu kesatuan arti atau suatu makna baru saat ia digunakan. Semiotika merupakan suatu metode analisa isi media atau suatu teks, dimana analisa tersebut mengadaptasi model analisa linguistik dari Ferdinand de Saussure (1960). Ferdinand de Saussure memberikan pengertian semiotika sebagai : sebuah ilmu yang mempelajari tentang bekerjanya tanda-tanda sehingga dapat dipahami dalam masyarakat. Dengan semiotika akan dapat ditampilkan apa saja yang membentuk tanda-tanda dan bagaimana bekerjanya (Arthur Asa Berger, 1997a ; 6).
Suatu teks atau tanda memiliki dua sisi yang berbeda, 2 sisi seperti mata uang logam, yang membentuk suatu kesatuan yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara satu sama yang lain. Sisi tanda yang pertama ialah signifier (signifiant) atau penanda, sedangkan sisi yang kedua ialah signified (signifie) atau petanda.
Sebuah signifier mengacu kepada sound-image-teks, yang secara lebih jelas oleh Claude Levi Strauss disebut sebagai the material aspects atau dikenal sebagai yang terindera atau citra akuistik (dalam Octavio Paz, 1997a : 62). Sedangkan signified merujuk pada konsep (mind of interpreter), atau sebagai yang terpahamkan oleh pikiran ( Octavio Paz, 1997b : 62).
Hubungan antara signifier dan signified bersifat serta merta dan acak, tidak dapat diketahui mana yang lebih penting dan lebih dahulu. Yang pasti dalam pemikiran Ferdinand de Saussure tanda (sign) merupakan kesatuan yang terdiri dari Penanda dan Petanda yang bersifat dialektis.
Keberadaan suatu tanda/teks selain memiliki dua sisi diatas juga memiliki 2 sisi yang lain yaitu synchronic dan diachronic. Synchronic berarti analitis dan diachronic berarti historis. Dengan kata lain synchronic memandang teks berdasarkan hubungann dengan realitas di lingkungan sekitar, dan diachronic melihat keberadaan teks itu sendiri dari untaian dan rangkaian kata yang membentuk arti.
Claude Levi Strauss dan Vladimir Propp mengembangkan pemikiran Saussure tersebut dengan mengemukakan kajian terhadap teks meliputi : Syntagmatic Analysis, Paradigmatic Analysis dan Intertextuality. Syntagmatic dapat dianalogikan sebagai rantai dimana teks dapat dimengerti sebagai alur dari kejadian yang membentuk suatu narasi. Penjelasan teks dengan syntagmatic ialah teks dapat dideskripsikan dalam suatu fungsi yang memiliki penjelasan dan kesamaan arti (Arthur Asa Berger, 1997b:13).
Paradygmatic dari suatu teks melibatkan pencarian dari pola-pola yang tersembunyi karena adanya perlawanan (oposisi) dengan suatu realitas teks lain, dimana hal itu terkubur di dalamnya dan secara tidak disadari membentuk suatu arti. (Arthur Asa Berger, 1997c;18). Paradigmatic secara jelas menggunakan cara strukturalis dimana mencari sudut pandang dan oposisi biner. hal ini dikarenakan karena suatu arti terbentuk dari hubungan yang dibangun, dari produksi arti yang dioposisikan.
Intertextuality, adalah suatu tujuan dalam membangun suatu teks dengan menggunakan bahan tertentu baik secara sadar maupun tidak. Intertextuality melibatkan penggunaan material satu yang terkait dengan yang lainnya, seperti plot, tema dan penentuan karakter yang akan menentukan cara dan keberadaan teks tanpa disadari oleh teks itu sendiri.

---
Maaf tidak berpuisi,gambar di atas penafsiran saya untuk memudahkan semiotika, bukan bermaksud mengkotak-kotakkannya dalam klasifikasi tertentu.
Semoga berkenan...

0 comments: