lebih dari 100 km dari sini
samar petanda memanggil pulang (?)
dan memaksa datang tunaikan ikrar
seperti pegawai leasing menagih angsuran
aku terikat beberapa tambatan
pergi kembali datang, kabur kubedakan
sampai tak ingin kurasakan kerapuhan
bahkan kubiarkan hipotermia juni-agustus tahunan
setiap pagi 25 polisi tidur membuatku tersadar
untuk tidak terlelap, memberi kejut setiap pudar
dan setiap langkah dengan gumaman;
"aku bukanlah sesuatu untuk diperhitungkan!"
aku disini untuk mengada
untuk kuncup buah antara abai dan tiada
di segala gundah, dia menjadi gugah
meski diciptakan dari kesalahan
yang berdiri di antara getir nan indah
gang sempit, susu formula dan botol, terminal dan stasiun ka
melintas-lintas tumpang tindih berebut hadir
disela wajah kecil yang hadir padam, bagai kelip bintang
yang tak enyah meski cinta aku matikan
seperti nyamuk yang melerai pertikaian,
(malam belasan tahun silam)
untukmu,
aku tersiksa bahagia karena dibutuhkan
juga terdera cuaca karena hidup di 2 alam
dan 100 km atau lebih dari sini, logika kumatikan
dan aku datang atau pulang (?)
menghidupkan rindu dengan sedikit dendam
yang bersamaan kutumpahkan kepadamu
karena begitu ikhlas tak kuhiraukan
dan kutempatkan dalam posisi samar
di antara 1 atau 0
lalu pasti kutinggalkan, kau berdiam di sini
bergumul dengan musuh abadi;
suka atau duka
dan...
maafkan, wajah kecilku yang kukorbankan
aku hanya datang, bukan pulang (?)
1 comments:
at: 12:27 PM said...
sejauh mana mata memandang,
diantara 100km membentang,
tak satu rumah menanti,
sebabnya kami tinggal-hanya bersebelah hati
ketika hanya datang
berharap kau pulang
seperti kata orang
dan bisikan nurani
Post a Comment