 Pergi, 
Hindari saja,
Pergi, 
Hindari saja,  Pada cuaca buruk yang tak kau inginkan disisiku 
Juga angin puyuh yang memporandakan hatiku 
Pergi, 
jangan kau hirau restuku, 
akan kutahan derita dari luka hati kau tinggalkan 
Menjelang takdir sendiri,
dengan cuaca buruk.
Membuat pepohonan mengering, 
lalu daun luruh gugur. 
Serupa ketapang tinggal batang telanjang 
Demikian kau puja keindahan, 
dan keburukan memang selayaknya disingkirkan.
Bagaikan bocah kagumi kupu-kupu bersayap warna-warni,
tapi ulat begitu menjengkelkan jika dibiarkan
Bila di musim ini kau pergi,
pergilah.
Kuharapkan kau datang kembali di musim nanti,
akan kurapikan daun-daun yang berceceran,
melayani kebutuhan ulat bulu untuk menjadi kepompong,
serta pastikan batang kering tumbuh kuncup daun,
juga bertahan, 
lewati rintangan sampai musim nanti.
Saat takdir memungkinkan pohon-pohon kembang,
dan kepompong menjadi kupu-kupu,
yang dapat kupersembahkan,
saat kau kembali datang.
Tapi, 
satu saja aku minta darimu,
jangan terburu ucapkan selamat tinggal, 
pada musim buruk atau takdir yang akan menjelang, 
dan jangan segera kau sirnakan,
harapan kehidupan lebih baik dimasa datang.
Selalu tertanam dan begitu kuyakinkan,
bahwa aku dan keindahanlah yang akan selalu kau ingat 
di benak keabadian.
Hanya aku dan keindahan,
yang kau ingat dalam keabadian.
Itulah yang membawa dirimu untuk kembali datang.
Sampai nanti, 
itu yang harus kau ucapkan,
untuk kupu-kupu warna-warni, 
pepohononan yang kembang,
dan segala keindahan yang kembali tercipta dari penderitaan.
---
Semarang, 21 Februari 2006
---
*buat "yg ingin tersembunyi" makasih atas inspirasinya
 

 
 
3 comments:
at: 2:12 PM said...
siapa tuh 'yg tersembunyi'...
hehhehe..
iya,
sampai nanti..
sampai saatnya datang keajaiban
ketika bintang padam dapat memberi terang..
at: 2:12 PM said...
siapa tuh 'yg tersembunyi'...
hehhehe..
iya,
sampai nanti..
sampai saatnya datang keajaiban
ketika bintang padam dapat memberi terang..
at: 7:44 PM said...
sampai nanti...
beri dia waktu
tuk coba temukan diri
di tengah gejolak jiwa yang beku
Post a Comment