Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Apr 12, 2006

Kado Kabut dengan perdu ungu



Awan diatas sana menari bersama pawana
menjamu hujan agar enggan pulang
sepertinya dedaunan pinus akan basah kuyup
bermain air di pagi yang harusnya terang
Pagi ini, kabut akrab dengan hujan
mungkin titik air yang menyatukan

Tanganku mulai gemetar,
sebentar lagi tak akan mampu kubebaskan tangan dari dekapan
untuk petik bunga dahlia
yang tak kudapatkan
di pesisir tempatku tinggal

Tangan ini mulai bersila dihadapan
sebentar lagi dingin akan menyerang otakku
masuk dari telinga kanan kiri atau keduanya
kedinginan lalu buyar rencana kumpulkan
merangkai bunga gunung selagi kesempatan

Dingin mulai mengkristalkan kemalasan
juga membuai pikiranku yang benar bebal
terlalu menyederhanakan kenyataan
bahwa bunga gunung tentu tak hidup
bila kepanasan
atau mati jika dikirim ke seberang

Dingin semakin membuatku jadi pecundang
Mawar segar yang kau inginkan dan tersedia
disini beraneka ragam,
tak mampu kuhadirpadukan dengan kecantikan
juga kecupan hangat sebagai penanda kehadiran
sekedar berakhir dalam kopi panas
yang mulai dingin di bibir cangkir

Sedikit lagi,
dingin mengukuhkanku sebagai kiasan,
samar dari makna denotatif yang merujuk nyata

Tapi,
telah kuputuskan berpihak pada kabut
samar semacam kehadiranku sesaat lalu hilang
aku lelah jika menerobos hujan
untuk dapatkan mawar
atau bunga gunung yang ingin kupersembahkan.
Juga hutan pinus pembatas kebun bunga liar
pasti akan membuatku berputar hilang kesadaran

Kabut ini saja kubungkus kemasan,
dinginnya yang menyesakkan kupotong tinggal
kuberi perdu berbunga ungu mantra,
juga kuikat dengan ilalang
agar tak lenyap lekang sampai tujuan
lalu kutitipkan pada topan yang baru saja datang

Nanti,
Kabut itu akan kabarkan dari hutan mana dia tinggal
dan sampaikan persembahan dari seorang pemesan
yang tak bisa bantu nyalakan lilin pertanda lewat satuan

Kepada kabut jangan henti tanya
mintalah penggaris ukuran yang kutitipkan
disela perdu berbunga ungu kuselipkan catatan

-tak mengapa kau diam di angka nol
atau tetap bertahan di tengah,
juga melangkah menuju setiap
angka peningkatan,
Lakukan saja dengan kehati-hatian
bisa saja kabut mematikan,
merusak pandangan
apakah kiri jurang,
atau kanan bukit terjal.
Dekatkan saja hatimu dengan kabut
agar kau jernih pikiran,
saat itu hatilah mata mengarahkan,
dan seluruh kebebasan akan jadi keindahan
berbingkai kiri kanan
ayun langkah kemudian jadi bermakna
bagi rumput kembang-
---
Salatiga-kaki Merbabu, 02.30am- 12 April 2006
---
Selamat Ulang Tahun, hanya ini yang bisa kuberikan

7 comments:

Anonymous
at: 1:26 PM said...

met kenal dahan pinus...ultahku masih lama koq, hihi..

unai says:
at: 3:09 PM said...

Ugh..tak ada yang lebih indah dari setiap kata yang kau tata Pak...
Membuatku terhenyak,mencermati bait bait yang terangkai indah.
Bahkan membaca judulnyapun cukup membuat rasa inginku untuk tau lebih jauh...

Ugh..segitukah???

iteung says:
at: 4:57 PM said...

titip ucapan selamat ultah buat si cinta yang lagi mendengar deru jantungnya d pulau nirwana...

HAPPY B'DAY kakaaaaa... <:-P

MamiNarcis says:
at: 7:46 PM said...

wah, wah...indahnya taman kata-kata ini...salam kenal ya han...*sok akrab...dahan dipanggil han, kan?hehehehe* mau dong diajarin bikin puisi cantik seperti ini...

Anonymous
at: 4:38 PM said...

terimakasih pada temen2 yg mau komen, sungguh tak dapat kuungkapkan dengan kata2. tapi dengan air mata... hiks hiks

Anonymous
at: 4:42 PM said...

duuuuuuuuuuuuuhhh gw lumerrr bacanyaaaaa....
lagi2 cuma bisa bilang makasih ya dan.. puisinya bagus bgt...
makasiiiiiiiiiiih bgt...
ampe mewek bacanya... jd pgn peluk2 pembuatnya... abis ga bisa bales pake puisi yg sebanding dgn ini bagusnya...

*sigh

-sing ulang tahun-

Anonymous
at: 5:34 PM said...

Salam kenal :D