Copyright © dahanpinus
Design by dahanpinus
Oct 26, 2005

pejuang ( =ambisi) sejati

kukumpulkan semua kunang-kunang
agar dapat bersinar ajaib bagai rembulan

kurangkum dan kurangkai melati dan sedap malam
agar wangiku agung bagai sang pangeran

dan kucampakkan rumput teki
atau kunang-kunang yang mati

agar tak jadi penghalang nanti
atau melukai ketetapan hati
sehingga memberi iba dan berhenti

yang pantang bagi pejuang sejati

Semarang, 26 Oktober 2005
Oct 17, 2005

Ijinkan aku

biarkan aku menepi
tak mengapa kau tinggal saja pergi
bukan tak mau temani
atau ingkari janji untuk bersama hadapi

letih hati ikuti langkah kaki
dan ia perlu subsidi sekedar istirahat berhenti
pahami realita yang kian tak pasti

atau sekedar benahi citra dari keliru persepsi
dari hamba memandang dunia yang takhakiki

sudah, jangan kau ragu kuatir
aku akan bertahan dan tak berakhir
akulah kepompong dalam hibernasi
dan kupu-kupu yang terbangun di lain hari

dan pasti akan kukejar nanti
kuikuti langkah bidadari
tak akan pernah berbalik di lain sisi

bila nanti bertemu kembali
akan kutepati janji terpatri
untuk tuangkan yang kuresapi saat henti

bagimu akan kulukiskan kembali sinar bintang dalam hati
dan manisnya madu dari bunga liar yang sepi

dan akan kuberitahukan kerinduan tanah kering
saat mendekap erat titik hujan sang kekasih

kemudian kuurai
kurangkai rambut wangi dengan rumput ilalang
yang kusimpan saat datang embun pagi
dan kuberikan hiasan bunga melati

agar juga kaurasakan kemuliaan sang putri
dan sebuah penghargaan kecil takberarti
karena menanti kekasih hati
yang bergejolak hasratnya yang takpasti
dalam mencari misteri keabadian jiwa yang dimimpi
---
Semarang, 15 Oktober 2005
---
Oct 7, 2005

sebentuk cinta yang kita yakini

tak pernah sama saat aku memandangmu
dalam kesunyian yang selalu sama saat itu
sebentuk dosa yang indah selalu

dari persepsi yang keliru
tapi hanya itu yang kutahu
dengan menatap masa yang berlalu

dalam riuh dan sunyi yang serupa
engkau bukan lagi dosa
tapi venus yang dicipta

bagiku,
untuk selalu mengiringi
dalam dunia materi yang tak pasti
karena bentuk dimata bukan selalu dipercayai

engkau,
adalah sebentuk hati darinya untukku
agar peka realita juga indah haru
jangan pernah ragu

karena telah kita resapi
bahwa sebuah kesalahan dapat begitu berarti
bahkan tak perlu disesali dikemudian hari

denganmu aku mensyukuri
anugrah dari dosa yang dibenci
hikmah dari yang ingin disingkiri

sekarang kita terlahir kembali
dari nista menjadi suci terlingkupi

jangan pernah kau benci
apapun bentuk cinta yang kita bagi
karena itulah proses mengada mencari bentuk sejati

asalkan tetap kau yakini
bahwa hasrat bagian dari pendewasaan diri
untuk bersama mencari kebenaran hakiki*

---
Semarang, 7 Oktober 2005, Ramadhan ke-3 1426H 01.02pm
---
note:
dari "pengalaman sebagian orang", bahwa cinta tidak selalu lahir dari sesuatu yang suci dan "ideal" kadang dia dapat lahir dari sesuatu yang menurut pandangan norma/etika sosial dan agama adalah dosa. Dan seiring berjalannya waktu dengan perjuangan, komitmen (kesungguhan hati), pengorbanan dan kesetiaan cinta akan menjadi suci. Hal ini saya jelaskan dari (*) yang merujuk pada psikoanalisa bahwa dalam diri manusia digerakkan oleh 3 elemen yaitu : id adalah libido/dorongan biologis (yang saya gambarkan sebagai hasrat) kemudian ego merupakan landasan logis seseorang, lalu yang ketiga adalah super-ego dimana merupakan suatu pertimbangan dari tatanan norma/etika dan agama yang diyakini dengan super-ego manusia memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sosial. Oleh karenanya hasrat merupakan suatu bagian yang "terberi" kehadiran tidak bisa diabaikan, tetapi juga tidak bisa dituruti semau hati dengan pertimbangan ego/logis dan super-ego sebuah hasrat akan menjadi hasrat yang positif, mendewasakan diri serta menggerakkan diri untuk mencari kebenaran. (kayaknya terlalu panjang deh...)--> mungkin suatu saat bisa jadi esai karena suwe2 dadi membosankan ki,.. ra mudeng!
oo iya tambah satu... inspirasinya dari "kehidupan sebagian orang dan vita brevis"
VENUS LONGA, VITA BREVIS LUCI
---
Oct 5, 2005

Saat itu kunanti engkau datang (menanti cinta datang kembali di Bali)

kucoba mengukur perbedaan yang pisahkan
melalui bilah pisau dan garpu makan
engkau adalah steik di sebelah kanan
dan aku adalah jus melon di seberang
tak begitu jauh meregang

karena dapat aku satukan
steik dan jus melon dalam satu naungan
dengan menelannya kemudian

seperti yang sedang kulakukan
memelas untuk satukan cinta yang pernah hilang
dengan sekali kesempatan pada tempat ini yang dijanjikan

detik yang dinantipun akan datang
mulai gelisah dari jantung yang berdegup kencang
dan suara hati berhitung dari belakang

sesaat senyum yang kukenal itu menjelang dari sudut ruangan
meski tak hentikan suara hati yang terus berhitung dari belakang
mengiringi alunan langkah kakimu kehadapan

sesaat juga kurasakan wajahmu yang menyejukkan
sebelum suara berdebam
disertai jeritan panjang
kebingungan dan kesakitan

terdera sekujur badan
dan sempat kulihat senyuman itu pergi
lalu sirna ditelan tangisan
memenuhi seisi ruangan

entah sampai kapan kunanti
cinta ini kembali datang
meski badan terluka dalam
tapi hati sungguh terbang

dan akan singgah aman
jika gangguan benar dimusnahkan
atau kuharap masih dibekali nafas panjang
untuk kembali melebarkan sayap kepedulian

karena empati adalah suluh tanda
bagi segenap kepercayaan
bahwa pembantaian tidaklah persembahan bagi keyakinan
juga kemuliaan jiwa bukanlah berasal dari derita pengorbanan

dan nanti pastilah engkau yang kunanti kembali datang
---
Semarang, 3 Oktober 2005
---